Puasa dalam
arti menahan diri untuk tidak makan dan minum dikenal oleh manusia abad ke-20
dalam berbagai bentuk dan motivasi. Ada yang melaksanakannya demi kesehatan
atau kelangsingan badan; ada yang untuk tujuan protes terhadap suatu kebijakan;
ada yang memanfaatkan sebagai sarana untuk membersihkan jiwa, membebaskan diri
dari dosa dan mendekatan diri kepada Tuhan; dan ada juga yang melakukannya
sebagai tanda berkabung atau menampakkan solidaritas terhadap yang berkabung.
Apa pun motivasi serta bentuk
dari puasa, ia tidak dapat dipisahkan dari usaha pengendalian diri.
Pengendalian akan mengantarkan manusia pada kebebasan dari belenggu
"kebiasaan” yang mungkin dapat menghambat kemajuannya.
Pengendalian serta pengarahan sangat dibutuhkan oleh manusia, baik secara
pribadi maupun kelompok. Karena, secara umum, jiwa manusia berpotensi untuk
sangat cepat terpengaruh, khususnya, bila ia tidak memiliki kesadaran
mengendalikannya serta tekad yang kuat untuk menghadapi bisikan- bisikan
negatif. Kelompok masyarakat pun membutuhkan hal-hal di atas demi mengatasi
problem- problem dan meraih kejayaan.
Tekad untuk menghadapi problem serta meraih kejayaan harus dibarengi dengan
kesadaran dan ketenangan jiwa. Hal ini yang menjadi penafsiran, mengapa cara
pengendalian diri dan pengarahan keinginan melalui puasa harus dilakukan dalam
suatu bentuk, sehingga tidak diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah dan
pelakunya sendiri. Dari sinilah kesadaran tersebut diperoleh, sedangkan niat
melakukannya, demi karena Allah, menimbulkan ketenangan dan ketenteraman jiwa.
Setiap tekad apabila tidak disertai dengan kesadaran hanya akan membuahkan
sikap keras kepala, sedangkan tidak terpenuhinya unsur ketenangan membawa pada
kecemasan dan kegelisahan pelakunya. Demikian peranan puasa dalam membina mutu
dan kualitas manusia dan masyarakat untuk menghadapi kebutuhan masa kini dan masa
depan, baik membentengi diri dan masyarakat dari kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi maupun untuk mencapai sukses dan keberhasilan.
Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin,
pandai atau bodoh dalam kedudukannya sebagai pribadi atau anggota masyarakat - demi
memelihara diri serta mengembangkan masyarakatnya. Tidak heran jika puasa,
sebagaimana diinformasikan oleh Al-Quran, telah diwajibkan baik oleh Tuhan
maupun atas kesadaran manusia sendiri, sejak dulu kala: Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada
umat-umat sebelum kamu agar kamu dapat bertakwa (QS 2: 183).
dari buku Lentera Hati : M. QURAISH SHIHAB
dari buku Lentera Hati : M. QURAISH SHIHAB
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon